IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN DAN JALUR EVAKUASI MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN BAHAYA KEBAKARAN DI DESA MERTAK TOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TENGAH
DOI:
https://doi.org/10.29303/jurnalpepadu.v3i2.517Keywords:
sistem tumpang sisip, kedelai, jagung, genjah, IP300Abstract
Dampak signifikan dari bencana gempa adalah kerusakan infrastruktur dan korban jiwa. Filosofi bangunan tahan gempa menyatakan apabila gempa kecil bangunan tidak mengalami kerusakan apapun. Pada gempa sedang, komponen non struktur boleh mengalami kerusakan, tetapi komponen strukturnya tidak boleh mengalami kerusakan. Dan apabila gempa kuat, komponen non struktur maupun strukturnya boleh mengalami kerusakan namun masih dapat memberi kesempatan kepada penghuninya untuk menyelamatkan diri. Efek lain dari gempa adalah terjadinya bahaya kebakaran. Kebakaran terjadi apabila ada tiga unsur yang bertemu yaitu sumber api (ignition), material yang mudah terbakar (combustible material) dan oksigen (O2). Kegiatan ini bertujuan mengasah kemampuan masyarakat beradaptasi dan tangguh menghadapi bencana. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan identifikasi kerusakan infrastruktur dan upaya perbaikannya pada tingkat kerusakan sedang dan ringan. Pengenalan bangunan tahan kebakaran juga dipresentasikan yang intinya adalah bangunan mampu memberikan waktu kepada penghuninya untuk menyelamatkan diri dan harta bendanya serta waktu yang dibutuhkan pasukan pemadam kebakaran memadamkan api. Oleh karena itu, tingkat ketahanan api (TKA) suatu bangunan dinyatakan dengan waktu. Pengenalan ramburambu jalur evakuasi dilaksanakan dengan teknik presentasi dan simulasi untuk keselamatan seluruh penghuninya. Simulasi dan evaluasi jalur evakuasi dimulai dari dalam bangunan gedung menuju tempat aman berupa titik kumpul (assembly point). Alat peraga kegiatan pengabdian ini telah dimanfaatkan oleh mitra berupa rambu evakuasi yang terpasang pada halaman Kantor Desa Mertak Tombok. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman dan ketrampilan masyarakat/peserta pelatihan mitigasi bencana gempa dan bahaya kebakaran. Dengan demikian masyarakat akan lebih siaga beradaptasi dan lebih tangguh menghadapi bencana.References
Abdulrachman S. Mejaya M.J., Agustiani N., Gunawan I., Sasmita P., Guswara A. 2013. Sistem Tanam Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian. Jakarta. 26p
Azrai M. 2013. Jagung Hibrida Genjah: Prospek Pengembangan Menghadapi Perubahan Iklim. IPTEK TANAMAN PANGAN VOL. 8 NO. 2. 90-96
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019. Varietas Derap-1. Kementerian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. https://www.litbang.pertanian.
go.id/varietas/1312/. Diakses 9 November 2021.
Balitbangtan BPTP NTB. 2019. Sistem Tanam Tumpang Gilir. http://pustaka.setjen. pertanian.go.id/index-berita/sistem-tanam-tumpang-gilir. Diakses 15 Oktober 2021.
Harsono A. 2020. Info Teknologi » Peningkatan Efisiensi Penggunaan Lahan dengan Tumpang Sisip Jagung + Kedelai. http://balitkabi.litbang.pertanian. go.id/infotek/peningkatanefisiensi-penggunaan-lahan-dengan-tumpang-sisip-jagung-kedelai/ diakses 20 Februari 2021
Oldeman, R.L., Irsal Las, and Muladi. 1980. The Agro-climatic Maps of Kalimantan, Maluku, Irian Jaya, and Bali West and East Nusa Tenggara Contrib. No.60. Bogor: Centr. Res. Inst, Agrc. Bogor.
Rahman A. 2017. Peluang dan Tantangan Implementasi Model Pertanian Konservasi di Lahan Kering. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 11 No. 2: 77-90
Republika, 2018. BPTP Bergegas Tingkatkan Indeks Pertanaman. https://republika.co.id/ berita/ekonomi/pertanian/18/05/23/p962e9453-bptp-bergegas-tingkatkan-indekspertanaman. diakses 22 Februari 2021
Sumarno dan Adie M.M., 2010. Strategi Pengembangan Produksi Menuju Swasembada Kedelai Berkelanjutan. Iptek Tanaman Pangan Vol. 5 No. 1 – 2010. 49-63.
Syafari Z. 2014. Musim Hujan, Petani NTB Garap Sawah Tadah Hujan. http://portalkbr.com/nusantara/nusatenggara/3366540_4265.html. diakses 20 Februari 2021.