SKRINING PENDENGARAN BAGI PESERTA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI RS UNIVERSITAS MATARAM

Authors

  • Didit Yudhanto Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Mataram, Indonesi; Rumah Sakit Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
  • Hamsu Kadriyan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Mataram, Indonesi;
  • Eustachius Hagni Wardoyo Hagni Wardoyo Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Mataram, Indonesi; Rumah Sakit Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
  • Triana Dyah Cahyawati Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Mataram, Indonesi; Rumah Sakit Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
  • Wahyu Sulistya Affarah

Abstract

Telinga adalah salah satu alat indra yang penting dan berperan besar dalam kehidupan sehari-hari. Jika terdapat gangguan pada telinga maka proses penerimaan informasi akan terganggu. Peningkatan kualitas hidup lansia adalah berlangsunya kehidupan sosial yang salah satunya ditunjang dengan komunikasi. Gangguan pendengaran pada lansia akan membatasi komunikasi antar individu dan dalam komunitas. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis terutama diabetes melitus dan hipertensi. Diabetes dan hipertensi merupakan sakah satu faktor risiko gangguan pendengaran pada usia lanjut. Oleh sebab itu diperlukan skrining gangguan pendengaran pada peserta Prolanis. Tujuan dari pengabdian ini adalah skrining pendengaran dan identifikasi peserta Prolanis yang membutuhkan alat bantu dengar. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelayanan kesehatan berupa skrining gangguan pendengaran dengan audiometri nada murni bagi peserta Prolanis. Hasil pemeriksaan pendengaran pada peserta Prolanis didapatkan lebih banyak yang menderita gangguan pendengaran yaitu sebanyak 13 orang (61,9%) diabanding dengan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 8 orang (38,1%). Tipe dan derajat gangguan pendengaran bervariasi dan paling banyak adalah tuli persepsi derajat ringan pada kedua telinga sebanyak 5 orang (23,8%). Pada pengabdian kali ini didapatkan 3 pasien yang mempunyai indikasi untuk pemakaian alat bantu dengar yaitu pada 1 pasien dengan kedua telinga tuli persepsi derajat sedang dan 2 pasien dengan kedua telinga tuli campuran derajat sedang.

Published

2020-12-13

Issue

Section

Articles