PENANGANAN FESSES SAPI DI KELOMPOK IYE GATI, DESA SUKADANA, KECAMATAN PUJUT, KABUPATEN LOMBOK TENGAH SEBAGAI UPAYA MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN
Authors
Sulaiman Ngongu Depamede
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram, Mataram, Indonesia
Wayan Wariata
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram, Mataram, Indonesia
Made Sriasih
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram, Mataram, Indonesia
Muhammad Ali
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram, Mataram, Indonesia
Anwar Rosyidi
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram, Mataram, Indonesia
Abstract
Latar belakang: Pemeliharaan sapi di Pulau Lombok dengan sistem kandang kolektif sudah umum dilakukan oleh para peternak. Hal-hal positif yang diperoleh seperti aspek keamanan, tatalaksana pemberian pakan, penanganan kesehatan dan reproduksi yang lebih mudah. Permasalahan timbul ketika terjadi penimbunan limbah kandang, terutama fesses yang massif sehingga mengganggu sanitasi lingkungan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan limbah kandang secara tepat dan benar, tidak saja bermanfaat pada pengendalian sanitasi lingkungan, tetapi juga memberi nilai tambah secara ekonomis pada peternak. Untuk itu telah dilakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Kelompok Peternak Iye Gati, di Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Tujuan: (1) meningkatkan pengetahuan mitra tentang pentingnya menjaga sanitasi lingkungan bagi kesehatan ternak dan peternak; (2) memberikan bimbingan teknis cara menangani limbah kandang, khususnya fesses ternak menggunakan decomposer aerobic untuk menjaga kebersihan lingkungan. Metode kegiatan: (1) Survey pendahuluan untuk mengetahui kebutuhan mitra dan kondisi lokasi. (2) Pelaksanaan penyuluhan tentang pentingnya sanitasi lingkungan, dengan memanfaatkan bakteri decomposer aerob untuk mengubah limbah kandang, khususnya fesses menjadi kompos. Hasil: (1) Lokasi perkandangan berada pada lahan ‘terasering’ di tepi parit pada ketinggian dan kemiringan tertentu, yang ‘memudahkan’ pembuangan limbah kandang ke selokan. (2) Mitra sudah cukup memahami pentingnya sanitasi lingkungan, tetapi kontur dan topografi tanah menjadikan peternak terbiasa tidak memanfaatkan limbah kandang karena limbah mudah terbuang ke arah selokan. (3) Penyuluhan ini telah meningkatkan kemampuan mitra mengolah fesses menggunakan decomposer aerob. Menurut mitra decomposer aerob lebih praktis karena tidak membutuhkan alat kedap udara saat proses pengomposan. Kesimpulan: Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan semangat mitra untuk memanfaatkan limbah kandang menjadi kompos.