MODEL IRIGASI HEMAT AIR PERPADUAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DENGAN ALTERNATE WETTING AND DRYING (AWD)PADA PADI SAWAH

Authors

  • Muh Bagus Budianto Teknik Sipil, Teknik, Universitas Mataram
  • Anis Supriadi Teknik Sipil, Teknik, Universitas Mataram
  • Syamsul Hidayat Teknik Sipil, Teknik, Universitas Mataram
  • Salehudin Salehudin Teknik Sipil, Teknik, Universitas Mataram

Keywords:

jagung, paket pemupukan, respon, suboptimal

Abstract

Kebutuhan air terbesar adalah sektor pertanian sekitar 80% dari total kebutuhan air. Sistem irigasi saat ini merupakan sistem yang boros air yaitu dengan penggenangan secara terus menerus (konvensional). Penelitian ini membandingkan kebutuhan air irigasi sistem konvensional dengan sistem irigasi hemat air perpaduanSystem of Rice Intensification (SRI) dengan AWD Alternate Wetting and Drying (AWD). Model yang digunakan menanam padi di pot dengan pola penanaman mengikuti metode SRI sedangkan pengaturan pemberian airnya mengikuti sistem  AWDdengan enam variasipemberian air irigasi. Air yang diberikan diukur dengan menggunakan gelas ukur. Hasil penelitian menunjukkan pemberian air irigasi pada variasi 1 yaitu pemberian air irigasi setelah kedalaman air mencapai elevasi -5,00 cm dapat menghemat air 33,53%, dengan produksihasil tanamanpaling besar yaitu 119,70 gr atau 29,83% lebih besar dari variasi 6 metode konvensional. Variasi juga memiliki produktifitas air yang paling besar yaitu 11,93 gr/lt, sedangkan untuk variasi 6 metode konvensional produktifitas airnya sebesar 6,11 gr/lt

References

Suzuki, S,, & Noble, A. D., 2007. Improvement in water-holding capacity and structural stability of a sandy soil in Northeast Thailand. Arid Land Research and Management. 21:37–49

Supardi., G., 1996. Menggali Efek Sinergistik Menuju Pertanian Tanggung. Berita HITI. 4 (12): 10-13

Astiko, W., Sastrahidayat, I.R., Djauhari, S. & Muhibuddin, A., 2013a. The role of indigenous mycorrhiza in combination with cattle manure in improving maize yield (Zea mays L.) on sandy loam of Northern Lombok, Eastern of Indonesia. Journal of Tropical Soils. 18 (1): 53-58

Astiko, W., Sastrahidayat, I. R., Djauhari, S, & Muhibuddin, A., 2013b. Soil fertility status and soybean [Glycine max (L) Merr] performance following introduction of indigenous mycorrhiza combined with various nutrient sources into sandy soil. Agrivita. 35 (2): 127-137

Smith, S. E., Facelli, E., Pope, S. & Smith, F. A., 2010. Plant performance in stressful environments: interpreting new and established knowledge of the roles of arbuscular mycorrhizas. Plant soil. 326: 3-20

Astiko, W., Wangiyana, W. & Susilowati, L. E., 2019a. Indigenous Mycorrhizal Seed-coating Inoculation on Plant Growth and Yield, and NP-uptake and Availability on Maize Sorghum Cropping Sequence in Lombok’s Drylands. Pertanika J. Trop. Agric. Sc. vol. 42, no. 3, pp. 1131 – 1146.

Astiko, W., Sudantha, I.M., Windarningsih, M. & Muthahanas, I., 2019b. Pengaruh paket pemupukan berbasis pupuk hayati mikoriza dan bahan organik terhadap status hara, serapan hara, pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di lahan kering. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ke VI & Lokakarya Nasional Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian (FKPTPI) Tahun 2019 “Masa Depan Pertanian Lahan Kepulauan Menuju Ketahanan Pangan pada Era Revolusi 4.0. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang. p. 25-30

Rasyid, B,, Samosir, S. S. R., & Sutomo, F., 2010. Respon tanaman jagung (Zea mays) pada berbagai rezim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Maros 26-30 Juli 2010

Astiko, W,, Sastrahidayat, I.R., Djauhari, S.& Muhibuddin, A., 2013c. Peranan mikoriza indigenus pada pola tanam berbeda dalam meningkatkan hasil kedelai di tanah berpasir (studi kasus di lahan kering Lombok Utara. Disertasi, Pascasarjana Universitas Brawijaya. pp. 210

Astiko, W. & Wangiyana, W., 2018. Respon Pola Tanam Jagung-Sorgum Terhadap Beberapa Paket Pemupukan Berbasis Mikoriza Indigenus Dan Bahan Organik Di Lahan Kering Lombok Utara. Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan 2 (2): 153-163

Brundrett, M., Bougher, N., Dell B, Grove, T.& Malajczulk, N., 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. The Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR) Monograph 32. pp. 374

Daniels, B. A. & Skipper, H. D., 1982. Methods for recovery and quantitative estimation of propagules from soil. In N.C. Scenck (Eds.). Methods and principle of mycorrhiza research. APS, St. Paul MN. p. 29-36

Kormanik, P. P. & McGraw, A. C., 1982. Quantification of vesicular-arbuscular mycorrhiza in plant roots. In N.C. Schenk (Eds). Methods and principles of mycorrhizal research. The American Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota. pp. 244

Giovannetti, M, & Mosse, B., 1980. An evaluation of techniques to measure vesicular-arbuscular mycorrhiza infection in roots. New Phytol. 84: 489-500

Prasetyo. 2004. Budidaya kapulaga sebagai tanaman sela pada tegakan sengon. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 6(1) 22- 31.

Fukai, S. & Trenbath, B. R., 1993. Processes determining intercrop productivity and yields of component crops. Field Crops Research, 34(3-4), pp.247-271.

Lukiwati, D.R., 2007. Peningkatan produksi dan kecernaan bahan kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh pemupukan batuan fosfat dan inokulasi MVA. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 9(1), pp.1-5.

Sieverding, E., Friedrichsen, J. & Suden, W., 1991. Vesicular-arbuscular mycorrhiza management in tropical agrosystems. Sonderpublikation der GTZ (Germany).

Susila, E., Elita, N. & Yefriwati, Y., 2016, August. Examination of FMA indigenous isolates on the growth and infection of rice roots in SRI method. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (Vol. 2, No. 1, pp. 71-75).

Allen, E. B., Allen, M.F., Helm, D. J., Trappe, J.M., Molina, R. & Rincon, E., 1995. Patterns and regulation of mycorrhizal plants and fungal diversity. Plant Soil 170: 47-62

Brundrett, M. & Walker, C., 1999. Understanding the diversity of glomalean fungi in tropical Australian Habitats. Dalam: Smith FA, Kramadibrata K, Simanungkalit RDM, Sukarno N, Nuhamara ST, Penyunting. Proceedings of International Conference on Mycorrhizas in Sustainable Tropical Agriculture and Forest Ecosystems; Bogor, Indonesia Okt.27-30, 1997. Research and Development Centre for Biology LTPI Bogor - IPB Bogor -The University of Adelaide. p. 73-75

Joshi, H. M. & Tabita, F.R., 1996. A global two component signal transduction system that integrates the control of photosynthesis, carbon dioxide assimilation, and nitrogen fixation. Proceedings of the National Academy of Sciences, 93(25), pp.14515-14520.

Muchane, M.N., Jama, B., Othieno, C., Okalebo, R., Odee, D., Machua, J. & Jansa, J., 2010. Influence of improved fallow systems and phosphorus application on arbuscular mycorrhizal fungi symbiosis in maize grown in western Kenya. Agroforest Syst. 78: 139-150

Angel, I., Ortiz-Ceballos, J., Juan, Peña-Cabriales, Fragoso, C. & Brown, G. G., 2007. Mycorrhizal colonization and nitrogen uptake by mize: combined effect of tropical earthworms and velvetbean mulch. Biol Fertil Soils. 44: 181-186

Cruz, R. E. de La. 1990. Final report of the consultant on mycorrhiza program Development in The ICU Biotechnology Centre. IPB. p. 11-30

Smith, S..E. & Read, D.J., 2008. Mycorrhizal symbiosis, 3rd edn. Elsevier and Academic, New York, London, Burlington, San Diego. p. 32-79

Published

2021-01-25

Issue

Section

Articles