Pendugaan Parameter Genetik Karakter Kuantitatif Genotipe Jagung Pada Tiga Tipe Agroekosistem Pertanaman

Authors

  • I Wayan Sutresna Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Genetik Tanaman Tropis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
  • Uyek Malik Yakop Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Genetik Tanaman Tropis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
  • I Wayan Sudika Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Genetik Tanaman Tropis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
  • Dwi Ratna Anugrahwati Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Genetik Tanaman Tropis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

Keywords:

Pertumbuhan vegetatif, kedelai, genotipe, biji besar, cekaman kekeringan

Abstract

Penampikan genotipe tanaman jagung sangat tergantung pada faktor genetik, lingkungan tumbuh serta interaksinya. Untuk itu telah dilakukan penelitian dengan: Untuk mengkaji parameter genetik karakter kuantitatif genotipe jagung unggul pada tiga tipe agroekosistem pertanaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang terdiri atas dua factor. Sebagai Petak Utama adalah Tipe Agrosekosistem (T) yang terdiri atas 3 aras yaitu: t1: Agrosekosistem sederhana yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Jarak tanam (30x70) cm; t2: Agrosekosistem menengah yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk NPK ponska 250 kg/ha Jarak tanam (35x35)x70) cm system jajar penganten ; t3: Agrosekosistem sempurna yaitu: Pupuk Organik 20 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk NPK ponska 250 kg/ha + Jarak tanam (40x30) x70 cm system jajar penganten. Sedangkan sebagai Anak Petak adalah genotipe potensial/varietas Unggul (G) yang terdiri atas 4 aras yaitu: g1 : Populasi jagung C2; g2: Varietas Unggul Sukmaraga; g3 : Varietas Unggul Lamuru; g4 : Varietas Unggul Arjuna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Karakter kuantitatif bobot biji kering pipil sebagian besar ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan karakter panjang daun, lebar daun, panjang tongkol, diameter tongkol dan berat 100 butir biji kering sama-sama detentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, kecuali karakter tinggi tanaman sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan; Derajat keeratan hubungan antara karakter kuantitatif hasil biji kering pipil  dengan lebar daun, panjang tongkol, diameter tongkol dan berat 100 butir biji kering positif nyata dan bersifat sedang dan lemah dengan tinggi tanaman

References

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya Jakarta. Hal 5-25.

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ahmed, Z., Waraich, E.A., Ahmad, R., Shahbaz, M. 2017. Morphophysiological and Biochemical Responses of Camelina (Camelinasativa crantz) Genotypes Under Drought Stress. International Journal of Agriculture and Biologi. 19(1): 1-7.

Arsyad, D.M., Adie, M.M., Kuswantoro, H. 2007. Perakitan varietas unggul kedelai spesifik agroekologi, hal 205-228. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono. Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Mashita, W. Delapan penyebab terjadinya kekeringan di Inonesia. https://www.diadona.id/d-stories/8-penyebab-terjadinya-kekeringan-di-indonesia-200702s.html

Krisdiana, R. 2012. Tingkat penerimaan industri terhadap varietas unggul kedelai di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. Pp 292-298

Bappenas. 2014. Rencana pembangunan jangka menengah nasional APIMI) bidang pangan dan pertanian 2015-2019. Direktorat Pangan dan Peftanian, Bappenas.

Chairani. 2006. Pengaruh fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan padi (Oryza sativa) pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Pertanian 25(1): 8-17

Dong S., Jiang Y., Dong Y., Wang L., Wang W., Ma Z., Liu L. 2019. A study on soybean responses to drought stress and rehydration.Saudi Journal of Biological Sciences, 26(8). http://doi.org/10.1016/j.sjbs.2019.08.005

Farid, M. 2009. Ketahanan Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Kekeringan dengan Menggunakan Polethielene Glycol (PEG).Jurnal Agrivigor. 3(2): 155-164.

Fitter A.H, Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Sri Andani dan ED Purbayanti, Penerjemah. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Terjemahan dari: Enviromental Physiology of Plant.

Gabesius, Y. O., Luthfi Aziz Mahmud Siregar dan Yusuf Husni. 2012. Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1 No. 1.

Hayati, T. 2013. Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Agrovigor. 6: 2.

Kisman. 2010. Karakter Morfologi Sebagai Penciri Adaptasi Kedelai Terhadap Cekaman Kekeringan. Agroteksos Vol. 20 No. 1, April 2010.

Maimunah, Rusmayadi, G., Langar, B.F. 2018. Pertumbuhan danhasil dua varietas tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) di bawah kondisi cekaman kekeringan pada berbagai stadia tumbuh. EnviroScienteae, 14(3): 211-221

Nugraheni, W. 2010. Variasi Pertumbuhan, Kandungan Prolin dan Aktivitas Nitrat Reduktase Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.) pada Ketersediaan Air Yang Berbeda. Skripsi. Surakarta: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

Patriyawaty N.R., Anggara G.W. 2020. Pertumbuhan dan hasil genotipe kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada tiga tingkat cekaman kekeringan. Agromix. 11 (2): 151-165

Purwanto dan Agustono, P. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai pada Berbagai Kepadatan Gulma Teki dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. Jurnal Agroland. 17(2): 85-90.

Ranawake A.L., Amarasingha U.G.S, Rodrigo W.D.R.J., Rodrigo U.T.D., Dahanayaka N. 2011. Effect ofwater stress on growth and yield of mungbean (Vignaradiate L). Trop. Agric. Res. Extension.14(4): 76-79.

Rosawanti P. 2016. Pertumbuhan Akar Kedelai Pada Cekaman Kekeringan. Jurnal Daun, 3(1): 21–28.

Salisbury T.B., Ross C.W. 1995. Plant Physiology.Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono. Jilid I, II, dan III. ITB Bandung.

Setiawan. Tohari dan Shiddiq, D. 2012. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap akumulasi prolin Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). Jurnal Ilmu Pertanian, 15(2): 85-99.

Sharifa, Muriefah A. 2015. Effects of Paclobutrazol on Growth and Physiological Attributes of Soybean (Glycine max) Plants Grown Under Water Stress Conditions. Int. J. Adv. Res. Biol.Sci. 2(7): (2015): 81–93.

Sinay, H. 2015. Pengaruh Perlakuan Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Kadungan Prolin pada Fase Vegetatif Beberapa Kultivar Jagung Lokal dari Pulau Kisar Maluku di Rumah Kaca. Ambon: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon.

Suhartina, 2011. Pemulian Tanaman Kedelai Toleran terhadap Cekaman Kekeringan. Bul. Palawija. 21: 26–38.

Suryanti, S., Indradewa, D., Sudira, P., dan Widada, J. 2015. Kebutuhan Air, Efisiensi Penggunaan Air dan Ketahanan Kekeringan Kultivar Kedelai. Agritech, 35(1) 2015.

Winarsi, H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan. Yogyakarta. Kanisius.

Zlatev Z, Lidon FC. 2012. An Overview on Drought Induced Changes in Plant Growth, Water Relation ad Phoyosynthesis. Emir J Food Agric. 24:57-72.

Patriyawaty, N. R., & Anggara, G. W. 2020. Pertumbuhan dan hasil genotipe kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada tiga tingkat cekaman kekeringan. AGROMIX, 11(2), 151-165.

Published

2022-01-31

Issue

Section

Articles