Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat
Keywords:
Keanekragaman, Kemerataan, Ular (Serpentes), SulawesiAbstract
Beras adalah kebutuhan pangan pokok masyarakat Indonesia. Komoditas ini banyak diusahakan oleh petani di Indonesia. Kecamatan Sekotong adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yang memiliki luas tanah sawah 4.284 hektar, dengan total produksi gabah kering giling sebanyak 12.032 ton (BPS NTB, 2020). Kondisi sebagian besar lahan di Kecamatan Sekotong adalah lahan kering dan sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan adalah lahan yang memiliki pematang namun tidak dapat diari dengan ketinggian dan waktu tertentu secara berkesinambungan, sehingga pengairan yang digunakan sangat ditentukan oleh curah hujan. Walapun mengalami kendala dalam keterbatasan air untuk mengairi sawah mereka, petani di Kecamatan ini tetap mengusahakan tanaman padi untuk menjadi sumber pendapatan keluarga mereka.Sehingga tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi produksi dan besarnya pendapatan usahatani padi sawah tadah hujan di Kecamatan Sekotong. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 60 orang petani padi yang memiliki lahan diatas 0.5 hektar. Alat analisis yang digunakan adalah analisis fungsi Cobb-Douglass dan analisis pendapatan. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel bebas meliputi luas lahan, pupuk, dan tenaga kerja yang digunakan dalam input produksi secara simultan berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi padi sawah tadah hujan di Kecamatan Sekotong. Pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis pendapatan menunjukan bahwa rata-rata pendapatan petani responden di Kecamatan Sekotong sebesar Rp 7.014.965,74/hektarReferences
Brower, J. E dan Zar, J. H. (1977). Field and Laboratory Methods for General Ecology. Buku Brown Co Publisher. Lowa. 254p.
Gibbons, J. W, Scott, D. E, Ryan, T. J, Buhlmann, K. A, Tuberville, T. D, Metts, B. S, Greene, J.L, Mills, T., Leiden, Y., Poppy, S and Winne, C. T. (2000). The global decline of reptiles, Déjà vu amphibians. Bioscience, 50 (8): 653-666.
Heyer, W. R., M. A. Donnelly, R. W. McDiarmid, L. C. Hayek and M. S. Foster. (1994). Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Amphibians. Washington D.C. Smithsonian Institution Press.
In den Bosch, H. A. J. (1985). Snakes of Sulawesi: checklist, key and additional biogeographical remarks. Zool. Verhandel. Leiden 217: 3-50.
Lukman dan I. Ridwansyah. (2009). Telaah Kondisi Fisik Danau Poso dan Prediksi Ciri Ekosistem Perairannya. Jurnal Limnotek. 16 (2): 64 – 73.
Magurran, A. E. (1988). Ecological diversity and its measurement. London. Croom Helm.
Myers, N, Mittermeier, R. A., Mittermeier, C. G., da Fonseca, G. A. B., Kent, J. (2000). Biodiversity hotspots for conservation priorities. Nature. Vol 403:853–858.
Rooij, N. De. (1917). The Reptiles of The Indo Australian Archipelago II (Ophidia). E. I. Brill. Ltd. Leiden. 1- 334.